Ahlan Wa Sahlan Saudara/Saudariku...


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 11 Januari 2012

KAKTUS DAN ULAT


   Seorang lelaki memohon kepada Allah agar diberikan BUNGA dan KUPU-KUPU. Namun Allah memberikannya KAKTUS dan ULAT. Lelaki ini sedih, tidak paham mengapa pemberian-Nya berbeda daripada permintaannya. Kemudian dia berpikir bahwa Allah mempunyai terlalu banyak umat yang harus diurus dan dia memutuskan untuk tidak mempersoalkannya. Lelaki ini kemudian menaruh ulat dan kaktus tersebut di pekarangan rumahnya
     Selepas beberapa waktu, lelaki ini memikirkan kembali permohonan doanya yang telah lama dilupakannya kemudian ia pun pergi ke pekarangan rumahnya. Lelaki ini amat terperanjat ketika melihat dari pohon KAKTUS yang buruk dan berduri itu tumbuh BUNGA yang cantik. Dan dari ULAT yang terselubung, telah bertukar menjadi KUPU-KUPU yang cantik. 
      Allah selalu melakukan perkara yang benar. Cara Allah selalu cara yang terbaik, walaupun kelihatan semuanya salah. Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan. Akan tetapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan. Jika kita memohon seseuatu dan menerima yang lain dari Allah, PERCAYALAH... Itulah sesuatu yang kita butuhkan untuk mencapai apa yang kita inginkan!

      Allah tidak akan gagal memenuhi permintaan, teruskan berdo'a tanpa ragu dan mengeluh. DURI hari ini akan menjadi BUNGA di hari esok. Allah memberikan pilihan terbaik kepada mereka yang menyerahkan ketentuan kepadaNya.

Wahai sahabat semua, itulah peraturan Allah SWT yang tidak memberi apa yang kita harapkan, akan tetapi dia memberikan apa yang kita perlukan. Kadang kita terasa sedih, kecewa, terluka dan kecil hati, tetapi jauh di atas sana, segalanya telah Dia aturkan yang terbaik dalam kehidupan kita. PERCAYALAH!
Percayalah akan janji-janji Allah SWT kepada orang-orang yg beriman. 
      ''Ya Allah Engkaulah Tuhanku, tdk ada Tuhan selain Engkau. Engkaulah yg menjadikan aku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku di dalam genggaman-Mu dan di dalam perjanjian setia beriman dan taat kepada-Mu sekuat mampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku lakukan. Aku mengakui atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan aku mengaku segala dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa kecuali Engkau". 
Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin...


Sumber::
a Friend of Facebook

Jumat, 10 Juni 2011

Cita - Cita Kita adalah Kesempatan Kita...

ANAK ELANG
oleh Tom Reilley




Ketangguhan dari anak-anak elang tergantung pada setiap kata yang disampaikan Elang Besar saat menggambarkan hal-hal luar biasa yang telah dilakukannya. Ini adalah hari yang penting bagi anak-anak elang itu. Mereka bersiap untuk terbang sendirian dari sarang mereka untuk pertama kalinya. Ini merupakan hal yang membangun rasa percaya diri yang dibutuhkan oleh sebagian besar dari mereka untuk memenuhi takdir.

“Seberapa jauh aku bisa pergi?” Tanya seekor anak elang.

“Seberapa jauh kau bisa melihat?” jawab elang yang sudah berpengalaman.

“Seberapa tinggi aku bisa terbang?” Tanya anak elang kecil.

“Seberapa jauh kau bisa mengembangkan sayap-sayapmu?” Tanya elang tua.

“Seberapa lama aku bisa terbang?” anak elang itu bersikeras.

“Seberapa jauh kaki langit itu?” sang mentor mengajukan pertanyaan lagi padanya.

“Sebaiknya seberapa banyak impianku?” Tanya anak elang itu.

“Seberapa banyak kau bisa bermimpi?” ujar elang yang lebih dewasa,lebih bijaksana, sambil tersenyum.

“Seberapa banyak yang bisa kuraih?” lanjut elang kecil itu.

“Seberapa besar kau bisa percaya?” tantang elang dewasa.

Putus asa dengan olok-olok tersebut,anak elang itu mendesak, “Mengapa kau tidak menjawab pertanyaan-pertanyaanku?.

“Aku sudah menjawabnya.”

“Ya. Tapi kau menjawabnya dengan pertanyaan-pertanyaan.”

“Aku menjawabnya dengan jawaban terbaik yang bisa kuberikan”.

“Tapi kau adalah Elang Berpengalaman. Seharusnya kau tau segalanya. Jika kau tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, lalu siapa yang bisa menjawabnya?”

“Kau.” Ujar elang tua itu meyakinkan.

“Aku?” Bagaimana mungkin?” anak elang itu bingung.

“Tidak ada yang bisa memberitahumu seberapa tinggi kau terbang atau seberapa banyakkau bermimpi. Jawabannya akan berbeda pada masing-masing elang. Hanya Tuhan dank au sendiri yang tahu seberapa jauh kau akan pergi. Tidak ada satu makhlukpun di muka bumi ini yang mengetahui kekuatanmu atau apapun yang ada dalam hatimu. Kau sendiri yang akan menjawabnya. Satu-satunya hal yang membatasi dirimu adalah batasan dari imajinasimu”.

Anak elang itu bingung dengan jawaban yang diberikan ini, kemudian bertanya, “Apa yang sebaiknya aku lakukan?”

“Pandanglah kaki langit, kembangkan sayapmu, dan terbanglah.”.

(sumber : Mac Anderson, The Power of Attitude, 2010)

Jumat, 08 April 2011

SEBUAH JAWABAN PENUH MAKNA



Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik – rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan ? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun.
Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita– cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ..?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi
dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan
menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".


"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".


Sumber: facebook/group pecinta kisah nyata, kisah motivator dan kisah renungan.

NO BODY's PERFECT...


Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati tapi dengan tanpa berkata-kata dia menulis di atas pasir; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya bertanya, “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?” Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.”

Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik dengan pasangan, suami / isteri, kekasih, adik / kakak, kolega, dll, karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Manfaat positif dari continuous relationship mungkin sekali jauh lebh besar ketimbang kekecewaan masa lalu. Nobody’s perfect. Belajarlah menulis di atas pasir.

Source : http://aslamiyah.cybermq.com/post/detail/9592/maafkan-dan-lupakan